Thursday, July 14, 2011

Lima Kekuatan Potensi diri

Lima Kekuatan Potensi diri
Judul artikel ini mengatakan bahwa ada lima kekuatan yang bisa digunakan untuk mengembangkan potensi diri. Apakah lima kekuatan itu? Ini yang akan saya jelaskan secara urut di artikel ini.

Pertama, yaitu Kekuatan Keyakinan atau The Power of Belief. Mengapa harus dimulai dengan Kekuatan Keyakinan? Keyakinan adalah fondasi untuk melakukan apa saja. Kita baru akan bertindak bila kita merasa yakin mampu melakukan sesuatu. Jika tidak yakin maka upaya yang kita lakukan akan dikerjakan dengan setengah hati. Dan kita tahu, apapun yang dilakukan dengan setengah hati, tanpa kesungguhan, maka hasilnya pasti tidak akan pernah maksimal. Seringkali upaya kita, jika diawali dengan perasaan tidak yakin, akan berakhir dengan kegagalan.

Yakin pun ada syaratnya, tidak asal yakin. Yakin yang saya maksudkan di sini adalah yakin yang berlandaskan kebijaksanaan dan akal sehat. Tidak asal “yakin” dan “ngotot”.

Mengapa harus dilandasi kebijaksanaan?

Ya, karena yakin ini sebenarnya ada tiga macam. Pertama, yakin yang hanya bermain di level kognisi atau pikiran sadar. Kedua, yakin yang bermain pada level afeksi atau pikiran bawah sadar. Ada lagi yakin yang tipe ketiga yaitu yakin yang “ngaco” alias “ngawur”. Yakin tipe ini adalah yakin yang berlebihan atau overconfident tapi tidak ekologis.

Yakin tipe ketiga ini sangat berbahaya. Ini ada satu cerita nyata. Kawan saya pernah bercerita bahwa ada seorang kawannya, sebut saja Bu Yuni, yang setelah mengikuti suatu pelatihan motivasi, menjadi begitu semangat dan menjadi sangat-sangat yakin bahwa ia akan bisa sukses dalam waktu yang sangat singkat dan mudah.

Sepulang dari pelatihan itu Bu Yuni dengan “haqul yaqin” (sangat yakin) memutuskan bahwa ia dalam waktu maksimal 3 (tiga) bulan akan menjadi orang kaya dan akan berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp. 3 Miliar. Benar, anda tidak salah baca, 3 bulan untuk Rp. 3 miliar. Ck.. ck… ck… sungguh dahsyat sekali.

Kekuatan kedua untuk mengembangkan potensi diri adalah dengan Kekuatan Semangat atau The Power of Enthusiasm. Yang menjadi komponen atau bagian dari Kekuatan Semangat adalah konsistensi, persistensi, kegigihan, atau whatever it takes.

Tindakan yang dilandasi dengan suatu keyakinan yang teguh, bahwa kita pasti bisa berhasil, pasti akan dilakukan dengan penuh semangat. Semangat ini sebenarnya adalah motivasi intrinsik atau dorongan bertindak yang berasal dari dalam diri kita. Kekuatan Semangat ini yang membuat seseorang akan terus mencoba walaupun telah gagal berkali-kali. Kekuatan Semangat ini yang mendasari peribahasa “Tidak ada yang namanya kegagalan. Yang ada hanyalah hasil yang tidak seperti yang kita inginkan”, “Winners never quit. Quitters never win”, “Tidak penting berapa kali anda jatuh, yang penting adalah berapa kali anda bangkit setelah anda jatuh.”

Kekuatan Semangat ini yang menjadi pendorong Thomas Edison untuk terus mencoba walaupun ia telah berkali-kali “belum berhasil” menemukan bahan yang sesuai untuk membuat bola lampu listrik. Kekuatan Semangat ini pula yang mendorong Harland Sanders untuk terus menawarkan resep ayam gorengnya yang istimewa Kentucky Fried Chicken, walaupun ia telah ditolak berkali-kali.

Nah, bagaimana dengan kisah Bu Yuni? Saya lanjutkan ya ceritanya.

Bu Yuni, dengan bekal keyakinan yang “pasti” dan “kuat” memutuskan untuk menjalankan suatu usaha yang akan menjadi kendaraannya untuk mengumpulkan Rp. 3 miliar dalam waktu 3 bulan. Bu Yuni bekerja dengan sungguh serius.

Kekuatan ketiga adalah Kekuatan Fokus atau The Power of Focus. Fokus berarti kita hanya melakukan hal-hal yang memang berhubungan dengan target yang ingin kita capai. Pikiran kita menjadi sangat tajam, terpusat, seperti sinar laser yang siap untuk menembus berbagai penghalang. Kita tidak akan membiarkan berbagai cobaan atau distraksi membuat pikiran atau kegiatan kita menyimpang dari tujuan semula.

Saat Kekuatan Fokus bekerja kita akan sangat memperhatikan hal-hal detil dalam upaya mencapai keberhasilan. Kekuatan Fokus ini yang mendorong kita untuk menghasilkan master piece.

Sekarang saya lanjut lagi cerita tentang Bu Yuni. Apakah Bu Yuni fokus? Oh, sangat fokus. Begitu fokusnya sehingga ia bisa melihat banyak sekali peluang di sekitar dirinya. Bu Yuni mengajak kawannya kerjasama. Ia bahkan bersedia menanamkan modal yang cukup besar untuk mengembangkan bisnis kawannya karena ia yakin bisnis ini bisa memberikan sangat banyak uang dalam waktu yang singkat. Bahkan saat kawannya, yang selama ini telah menggeluti bisnis itu, mengatakan bahwa tidak mungkin bisa secepat itu perkembangan bisnisnya, walaupun mendapat suntikan dana besar, Bu Yuni tetap yakin, semangat, dan fokus berkata, “Ah, yang penting yakin. Kalau yakin maka segala sesuatu mungkin terjadi.”

Kekuatan keempat adalah Kekuatan Kedamaian Pikiran atau The Power of Peace of Mind. Kekuatan keempat ini sangat penting diperhatikan karena ini merupakan barometer untuk menentukan apakah keyakinan kita terhadap sesuatu itu ekologis atau tidak.

Saat kita yakin, semangat, dan fokus melakukan sesuatu maka kita perlu memeriksa apakah kita merasakan ketenangan baik di pikiran maupun di hati. Jika jawabannya “Tidak” maka kita perlu memeriksa ulang keyakinan kita.

Kita perlu memeriksa apakah keyakinan kita itu sudah benar-benar yakin ataukah lebih karena dorong emosi tertentu, misalnya emosi takut atau keserakahan. Pada kasus Bu Yuni, ternyata ia sama sekali tidak merasakan kedamaian. Hal ini tampak dalam kehidupannya. Bu Yuni, dalam upaya mencapai targetnya, ternyata tidak mendapat dukungan dari suaminya. Bu Yuni tetap memaksakan kehendaknya. Ia bersikeras bahwa dengan keyakinannya yang pasti ia akan dapat mencapai apapun yang ia inginkan.

Apa yang terjadi? Bu Yuni sering ribut dengan suaminya dan selalu tampak murung dan stress.

Bila keyakinan kita bersifat ekologis, didasari dengan pikiran yang benar dan kebijaksanaan, maka saat kita bekerja keras dan giat untuk mencapai impian-impian kita, pikiran dan hati kita akan tetap merasa tenang, damai, dan bahagia. Ini adalah satu aspek penting yang jarang sekali diperhatikan oleh kebanyakan orang.

Perasaan tenang, damai, dan bahagia merupakan indikasi bahwa apa yang kita lakukan benar-benar kita yakini akan berhasil. Kita hanya tinggal melakukan kerjanya saja dan sukses sudah pasti akan kita dapatkan. Sukses hanyalah efek samping yang pasti akan terjadi.

Kekuatan kelima adalah Kekuatan Kebijaksanaan atau The Power of Wisdom. Kekuatan ini sangat penting karena digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap apa yang telah kita lakukan pada empat langkah pertama.

Dengan menggunakan kebijaksanaan kita dapat melakukan evaluasi dengan baik, benar,akurat, dan tanpa melibatkan emosi. Jika hasil yang dicapai belum seperti yang kita inginkan maka dengan menggunakan kebijaksanaan kita dapat mengetahui permasalahannya dan dapat meningkatkan diri kita.

Jika hasilnya sudah seperti yang kita inginkan maka, dengan menggunakan kebijaksanaan, kita dapat mempertahankan dan meningkatkan pencapaian itu. Kebijaksanaan juga digunakan untuk memeriksa keyakinan atau kepercayaan yang menjadi langkah awal tindakan untuk mencapai goal. Dengan bijaksana kita dapat memeriksa keabsahan keyakinan kita. Apakah kita sudah benar-benar yakin secara benar ataukah kita sebenarnya tidak yakin tapi memaksa diri yakin karena kita takut?

Bu Yuni ternyata tidak menggunakan Kekuatan Keyakinan dalam mengejar impiannya. Setelah mendengar penjelasan kawan saya secara cukup detil saya akhirnya menyimpulkan bahwa Bu Yuni ini sebenarnya tidak yakin namun ia memaksakan kehendak, tanpa mempertimbangkan kondisi riil yang sedang ia alami, untuk bisa sukses.

Ternyata emosi yang mendorong Bu Yuni untuk “Yakin” adalah ketakutannya akan masa depan. Ia, setelah menghadiri seminar motivasi, menjadi “sangat yakin” dengan apa yang diajarkan oleh si pembicara dan akhirnya menjadi “buta” oleh emosinya sendiri.

Hal ini diperkuat lagi saat Bu Yuni mendapat peneguhan dari mentornya, pembicara tadi, yang mengatakan, “Pokoknya, kalo kamu yakin, maka kamu bisa mencapai apapun yang anda inginkan.”

Pembaca, belief seperti ini, yang menggunakan kata-kata “pokoknya”, yang saya kategorikan sebagai “belief” yang perlu diwaspadai. Belief ini seringkali tidak membumi dan menyesatkan.

Bila kita menggunakan lima kekuatan yang telah saya jelaskan dalam artikel ini maka dengan bekal yakin, semangat, fokus, damai, dan bijaksana niscaya kita akan dapat mengembangkan potensi diri secara optimal.

Penulis Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pakar pendidikan dan mind technology,pembicara publik, dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis dua belas best seller “Born to be a Genius”, “Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success”, “Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan?”, “Hypnosis – The Art of Subcsoncsious Communication”, “Becoming a Money Magnet”, “Kesalahan Fatal dalam Mengejar Impian”, dan “Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring”, “Cara Genius Menguasai Tabel Perkalian”, “Kesalahan Fatal Dalam Mengejar Impian 2, dan “Five Principles to Turn Your Dreams Into Reality”, dan The Secret of Mindset

Pengembangan Potensi Diri 2

Pengembangan Pribadi melalui Pengenalan Diri

Pengembangan potensi diri adalah suatu usaha atau proses yang terus menerus menuju pribadi yang mantap dan sukses. Pribadi yang mantap dalam artian menuju kepada kedewasaan mental, sedangkan pribadi yang sukses dalam artian pribadi yang mampu tampil sebagai pemenang dengan mengalahkan semua unsur negatif dalam diri kita. Salah satu cara untuk mengetahui apakah kita telah mencapai perkembangan diri secara optimal atau mencapai pribadi yang sukses dan mantap adalah dengan mengenal diri sendiri. Mengenal diri sendiri dalam artian memperoleh pengetahuan tentang totalitas diri yang tepat dengan menyadari kekuatan dan kelemahan masing-masing.
Pengenalan diri sangat diperlukan dalam mengembangkan potensi-potensi yang positif serta meminimalisasi potensi-potensi yang negatif. Pengenalan diri dapat melalui (1) introspeksi diri, (2) umpan balik dari orang lain, dan (3) test psikologi.
Introspeksi diri
Introspeksi diri merupakan peninjauan terhadap (perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahan, dan sebagainya) diri sendiri atau disebut juga dengan mawas diri. Introspeksi diri dilakukan, karena kita sendiri yang paling mengetahui diri sendiri, dengan mendengarkan suara hati yang paling dalam dan dilakukan secara jujur. Misalnya : merenungkan diri sendiri dan menuangkan potensi-potensi yang ada pada diri sendiri ke dalam tabel kekuatan diri dan kelemahan diri.
Introspeksi diri akan sulit dilakukan apabila kita tidak mengetahui potensi diri sendiri, baik yang positif maupun yang negatif. Untuk mengetahui potensi yang tersembunyi dari diri kita atau kita tidak mengetahuinya, kita dapat meminta bantuan orang lain.
Umpan Balik
Orang lainlah yang akan selalu menilai kebiasaan perilaku kita. Pengenalan diri melalui orang lain dapat dilakukan dengan meminta umpan balik tentang potensi diri baik yang positif maupun yang negatif.
Bila kita ingin menggunakan umpan balik sebagai alat untuk membantu orang lain mengembangkan pribadinya agar umpan balik yang dimaksud untuk kebaikan orang lain, benar-benar efektif. Sebaliknya, dapat menyebabkan salah mengerti dan bahkan dapat diakhiri dengan perasaan tersinggung, tegang, kesal, jengkel, marah, sedih, frustasi, dan menimbulkan pertikaian. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan umpan balik adalah :
1. Tujuan. Umpan balik benar-benar untuk kebaikan orang khususnya orang terdekat dan bukan sekedar untuk menghilangkan kejengkelan kita atau sekedar iseng saja.
2. Umpan balik positif dan negatif. Umpan balik tidak hanya untuk hal-hal yang negatif saja pada seseorang (kelemahan atau kekurangannya), tetapi juga untuk hal-hal yang positif (kekuatan atau kelebihannya). Seringkali orang tidak sadar akan kelebihannya dan kekurangannya. Menyadari kelebihannya akan sangat membantu untuk mengembangkan dan menyadari kekurangannya akan membantu untuk menguranginya.
3. Dapat diperbaiki. Di dunia ini tidak ada manusia yang persis sama 100 %, meskipun anak kembar karena memiliki perbedaan pada watak dan perilaku. Watak manusia akan sulit untuk dirubah tetapi sebaliknya, perilaku dapat dirubah dan diperbaiki. Jadi kita harus mengetahui dengan benar apa yang akan kita umpanbalikkan, watak atau perilaku. Bila yang akan diumpanbalikkan adalah hal yang negatif sebaiknya kita harus mengetahui terlebih dahulu apakah kekurangan tersebut dapat diperbaiki atau tidak. Bila tidak dapat diperbaiki, umpan balik, jangan diberikan, karena kecuali tidak akan efektif, juga akan mendatangkan akibat negatif yang lebih besar.
4. Siap menerima. Untuk dapat menerima umpan balik terutama yang bersifat negatif, membutuhkan taraf kedewasaan (sikap diri dewasa) tertentu agar dapat memperbaiki kekurangannya. Sikap diri dewasa akan tampak ketika menghadapi persoalan secara cerdas, terarah, tidak berpihak, menggunakan otak, dan mencari pemecahan terbaik atau pun mengumpulkan informasi.
5. Hubungan antara pemberi dan penerima umpan balik. Umpan balik akan lebih efektif bila antara pemberi dan penerima sudah saling mengenal cukup baik, seperti : suami istri, ibu anak, dan sebagainya.
6. Waktu yang tepat. Secara sadar maupun tidak, sikap diri kita sering berubah-ubah dari sikap diri yang satu ke sikap diri yang lain, dalam menghadapi satu masalah yang sama. Kita diharapkan harus pandai menentukan “sikap diri” yang cocok dan perlu dipikirkan saat yang tepat untuk pemberian umpan balik. Dengan mempertimbangkan keadaan emosional penerima. Apakah ia sedang tenang, gelisah, marah-marah, tergesa-gesa, dan sebagainya ? Kecuali apabila penerima siap untuk dapat menerima umpan balik. Perlu diketahui menurut seorang ahli jiwa dari California, Dr. Eric Berne, setiap manusia memiliki tiga sikap diri (ego state) yaitu (1) sikap diri orang tua, (2) sikap diri dewasa, dan (3) sikap diri anak-anak.
7. Siapkan alternatif-alternatif. Ada kemungkinan besar bahwa setelah seseorang menerima umpan balik yang negatif, ia akan menanyakan tindakan-tindakan perbaikan kepada pemberi umpan balik. Dalam hal ini sebaiknya pemberi umpan balik sudah siap dengan beberapa alternatif yang mungkin dapat dipergunakan, kalaupun alternatif-alternatif yang disarankan tidak dapat dipergunakan, pemberi umpan balik telah memberi kesan yang sangat positif bagi penerima, yakni bahwa pemberi umpan balik tidak hanya melihat kekurangan-kekurangan, tetapi juga telah berusaha memikirkan perbaikan-perbaikannya, demi kepentingan penerima.
8. Non-evaluatif. Pada umumnya tidak ada orang yang senang dinilai, lebih-lebih secara negatif. Umpan balik yang efektif sebaiknya diberikan dalam bentuk non-evaluatif. Dalam hal ini, dapat disarankan untuk menggunakan kalimat-kalimat yang menunjukkan kesan baik yang diperoleh dari pemberi umpan balik. Misalnya : Bila yang akan diumpanbalikkan adalah mengenai sikap yang terlalu agresif dari seseorang, maka kita tidak mengatakan “Sikap saudara terlalu agresif” atau “Sikap saudara kurang baik karena terlalu kasar”, tetapi “Saya sering merasa takut atau tidak berani berbicara bila berhadapan dengan saudara dalam suatu Diskusi”. Cara ini kecuali non-evaluatif, sekaligus juga memberi kelonggaran bagi penerima untuk membantah atau bertanya, dan mengundangnya untuk berfikir dan menarik Kesimpulan sendiri (mengapa orang lain merasa takut berbicara dengan dia ?)
9. Satu umpan balik. Pada umumnya orang hanya tahan untuk menerima satu umpan balik yang negatif pada sesaat, dengan kata lain, berikanlah satu persatu umpan balik dengan jeda waktu tertentu. Janganlah memberi umpan balik negatif yang terlalu banyak pada satu saat, karena hal ini hanya akan membingungkan dan mungkin mematahkan semangat seseorang.
10. Dialog. Pemberian umpan balik, baik umpan balik positif maupun umpan balik negatif, sebaiknya memberikan kesan untuk berdiskusi, karena biasanya penerima, menginginkan penjelasan-penjelasan lebih banyak. Berilah ia kesempatan dan sediakanlah waktu untuk maksud tersebut.
Hal-hal tersebut di atas sebaiknya diperhatikan benar-benar, supaya umpan balik dapat efektif dan akibat-akibat negatif dapat dicegah. Khususnya no. 8, bila tidak mungkin untuk memberikan umpan balik secara non-evaluatif, dapat juga orang memberikan terlebih dahulu umpan balik mengenai hal-hal yang positif. Biasanya orang menjadi lebih siap untuk menerima umpan balik yang negatif setelah ia menerima umpan balik yang positif.
Test psikologis
Pengenalan diri melalui test psikologis dilakukan karena potensi diri yang dimiliki tidak diketahui oleh kita sendiri dan orang lain. Tes ini dilaksanakan dengan cara pengisian instrumen-instrumen yang telah dirancang untuk mengenal diri sendiri. Dari hasil pengisian tersebut akan didapat dimensi tipologi seperti : (1) Extrovertion, (2) Introvertion, (3) Intuition, (4) Sensation, (5) Thinking, (6) Feeling, (7) Judging, dan (8) Perceiving. Dari 8 (delapan) tipologi tersebut, David Kersey mengklasifikasikan menjadi 16 (enam belas) tipologi manusia yang membedakan perilaku-perilakunya.
Cara yang paling cocok untuk lebih mengenal diri sendiri adalah berpulang kepada diri sendiri. Namun yang jelas, kita harus meluangkan waktu untuk melihat bagaimana keadaan diri kita yang sebenarnya secara terbuka dengan menerapkan kejujuran. Tanpa kejujuran dan keterbukaan, kita hanya menemukan topeng-topeng diri kita oleh karena itu dengarlah suara hati nurani kita. (rok)

http://cenya95.wordpress.com/2008/09/03/pengembangan-potensi-diri/

Pengembangan Potensi Diri

PENDAHULUAN
Manusia diciptakan oleh Allah dalam kondisi yang lemah, kemudian Allah memberikan fasilitas pendengaran, penglihatan dan akala budi agar manusia dapat berkembang dan mensyukuri nikmat kehidupannya. Akan tetapi banyak manusia yang tidak menyadari segala potensi yang diberikan oleh Allah kepadanya.
Setelah terlahir di dunia, manusia akan dihaadapkan masalah demi masalah. Tidak ada kehidupan tanpa masalah. Manusia dari waktu ke waktu akan bekerja semakin berat. Tidak jarang kecepatan pertumbuhan jumlah masalah lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan kita menangani masalah.
Manusia yang dapat memanfaatkan segala potensi dirinya dengan baik dan mampu menyelesaikan permasalahan hidupnya, maka akan dapat menemukan kebahagiaan hidup. Sebaliknya, apabila manusia tidak dapat menggunakan potensi yang dimilikinya dengan optimal maka malapetaka dalam kehidupannya akan banyak dijumpai.
Masalahnya, bagaimana kita dapat mengembangkan potensi yang telah kita miliki, agar manusia dapat memperoleh kebahaagiaan sejati.
POTENSI MANUSIA
Manusia dapat berkembang melalui berfikir, bergerak atau bekerja dikarenakan adanya dorongan atau motivasi tertentu. Dorongan atau motif yang mendasari orang melakukan aktivitas sangat bervariasi sebabnya. Orang boleh saja sama-sama melakukan sholat, akan tetapi alasan dasar dia melakukan sholat dan keinginan apa yang diharapkan tentu sangat berbeda, walaupun dia sama-sama muslim.
Motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu ada yang disebabkan karena faktor internal dan ada yang dari faktor eksternal. Yang sering menjadi masalah adalah memformulakan motivasi menjadi perilaku yang permanen.
Manusia dengan konsep dirinya menjadi unsur terpenting dalam menentukan pengembangan diri. Disini semua manusia mempunyai kesamaan potensi, akan tetapi potensi itu ada yang digali dan ditumbuh suburkan menjadi potensi yang luar biasa, disisi lain ada orang yang tidak menggunakan potensinya untuk merubah dirinya.
PROSES dan
Transformasi internal

Rangsangan Aksi dan
Eksternal Reaksi
berupa Sikap dan Perilaku
PENGEMBANGAN POTENSI
Ada dua kelompok untuk mengembangkan potensi diri manusia dalam menghadapi dinamika hidup. Pertama , Spiritual motivation: kita mau melakukan kegiatan karena adanya dorongan dari dalam hati, nurani, kehendak, bathin dan akhal budi kita. Kedua, Technical motivation kita dapat merealisasi keinginan hidup ini karena kita memiliki ketrampilan teknis sehingga kita merasa enjoy dengan kegiatan dan amal yang kita kerjakan.
Al Banna mengatakana, bahwa amalan hati lebih penting dibandingkan dengan amalan fisik . Oleh sebab itu memperhatikan pengembangan diri tentang faktor-fator kenapa kita berbuat lebih penting dibandingkan hanya mengontrol kita hanaya beramal saja. Pada titik tertentu, jika seseorang keropos dalam konsep ini, banyak kemudian orang menjadi lemah mental dan tidak jarang mereka beramal tetapi hanya untuk dipuji saja.
Ada jargon yang mengatakan Big think-start small , act now, merupakan konsep yang perlu kita renungkan untuk kontek perkembangan mikro diri kita.
MODEL PENGEMBANGAN POTENSI DIRI
Motivasi spiritual
Anda harus mempelajari konsep diri dengan baik. Nilai-nilai keagamaan merupakan pondasi dasar yang tidak dapat lagi anda pungkira urgensinya. Berapa banyak orang yang kehilangana arah yang hakiki, kemudian berbalik menjadi bunuh diri dan tindakan lain yang penuh dengan kenistaan.
Perenungan diri dan perencanaan diri, berbicara dengan bathin sendiri dengan penuh kejujuran, mengatakan yang benar itu benar dan mengakui yang salah itu salah. Adalaah pokok-pokok yang dapat menyebabkan diri kita berkembang dengan sempurna dan penuh kedewasaan. Komponen ilmu (kefahaman) agama dan keterbukaan diri anda merupakan menghantar hidup anda menuju sifat tidak lipstik dihadapan Tuhan dan manusia. Berlatihlah.
Motivasi teknikal
Tidak cukup anda dewasa hanya dengan motivasi spiritual yang kuat. Tidak cukup anda dapat bertahan dengan kemampuan spiritual saja. Tidak cukup anda dapat melahirkan mimpi-mimpi anda hanya dengan doa saja. Tidak cukup anda memperoleh kebahagian dunia dan menyelesaikan hidup anda hanya dengan kekuatan spiritual saja. Kini saatnya anda harus sadar, bahwa anda harus menggerakkan diri anda dengan bekal senjata dunia dan jenis senjata untuk beramal islami. Ilmu dunia dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan hidup anda adalah keharusan yang harus dimiliki.
Ketrampilan dasar seperti membaca, menulis, berbicara, mendengar, mengingat, mengkonsep merupakan alat dasar yang anda perlukan dalam hidup. Kemampuan dasar untuk hidup lain yang diperlukan seperti kemampuan memutuskan, menganalisa berlatih menyampaikan / mempresentasikan gagasan kepada orang lain.
Konsep pengembangan diri tidak untuk diri anda sendiri, akan tetapi anda harus berbuat untuk orang lain, masyarakat dan anda harus mampu memeperbaiki sistem kehidupan manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Ini semua memerlukan teknologi yang relevan. Anda memerlukan pengetahuan dan ketrampilan yang relevan dengan pekerjaan anda.
KETRAMPILAN TEKNIKAL (Technical Skill)
Mengapa anda perlu membekali ketrampilan teknikal, karena pada masa akan datang akan melewati kondisi :
• Perubahan yang cepat,
• Perubahan yang tidak menentu,
• Dunia penuh tantangan,
• Kompetitive yang semakin berat,
• Komtrol lingkungan yang tinggi,
• Ledakan jumlah pendudukan,
• Era pelayanan pelanggan,
• Perubahan teknologi yang luar biasa, dan ……………….
Adapun kemampuan dilihat dari fungsi manajemen sebagai berikut:
Level Manajer Kebutuhan Skill untuk pemimpin Pekerjaan utama
TOP Konsep HAM Tek-nikal Visi, misi,
Strategi
Midle Konsep HAM Teknikal Kebijakkan
& manajerial
Lower Konsep HAM Teknikal Operasional


http://hahajhi.wordpress.com/2008/04/12/pengembangan-potensi-diri/