Tuesday, October 26, 2010

Belajar Kelompok

(Waktu: 60 – 75 menit)



A. PENGANTAR







Belajar kelompok atau disebut juga kerja kelompok adalah bagian dari pengelolaan siswa dalam kegiatan pembelajaran PAKEM. Mengapa belajar secara aktif, kreatif, dan menyenangkan perlu bervariasi, baik dari segi penyediaan materi atau sumber belajar maupun pengelolaan belajarnya? Anak akan merasa bosan jika mereka belajar dalam suasana monoton. Kegiatan belajar mengajar perlu memberikan pengalaman belajar yang beragam agar kegiatan belajar tetap menyenangkan dan menantang. Kegiatan membaca dan menuliskan gagasan pribadi misalnya perlu dikerjakan secara individual, latihan berdialog dengan belajar berpasangan, berdiskusi untuk memecahkan masalah perlu kerja kelompok, dan klasikal untuk mendengarkan penjelasan guru. Demikian pula belajar tidak selamanya harus di dalam kelas. Kadang-kadang mereka perlu belajar di luar kelas untuk melakukan pengamatan atau mencari suasana lain yang lebih nyaman dan lebih leluasa, apalagi jika jumlah siswa di dalam kelas terlalu banyak.




B. TUJUAN






Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta:



1. menjelaskan apa yang dimaksud dengan belajar kelompok dan mengapa anak perlu dilatih belajar berkelompok.

2. mampu membuat pengelompokan belajar yang tepat (disesuaikan dengan topik dan materi yang akan diajarkan, serta kompetensi apa yang akan dikembangkan dalam diri anak )

3. mampu mengembangkan gagasan pengelompokan yang lain yang membuat hasil belajar lebih maksimal dan efektif

4. mampu mengidentifikasi kegiatan belajar yang cocok untuk belajar kelompok dan yang tidak.





C. BAHAN DAN ALAT BANTU









1. Spidol untuk dijadikan sumber merumuskan pertanyaan

2. Beberapa lembar transparansi dan pena

D. LANGKAH PEMBELAJARAN









Langkah-langkah pembelajaran dalam pertemuan ini secara diagramatik

digambarkan sebagai berikut:

(15’) (40’) (20’)




Pleno: Apa, Meng apa, & Bagaimana Belajar Kelompok


Kerja kelompok: mengidentifikasi +/- Belajar Kelompok


Pleno: Pembahasan dan Kesimpulan








(1) Pleno: Pengantar (15’)
Fasilitator menjelaskan tentang apa, mengapa, dan bagaimana belajar kelompok (Bahan terlampir)



· Fasilitator mengawali kegiatan dengan mengajukan pertanyaan, apa yang diketahui oleh peserta tentang belajar kelompok karena ini bukan hal baru dalamCTL. Lalu mengapa anak perlu belajar kelompok, apakah semua kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan belajar kelompok, dan meminta beberapa peserta untuk menceritakan pengalaman mereka melaksanakan kegiatan belajar atau kerja kelompok, termasuk suka dukanya.



Fasilitator meminta peserta untuk duduk berkelompok dan memberi tugas:

_ Mengidentifikasi kegiatan belajar apa saja yang seharusnya dilakukan secara berkelompok dan yang tidak.Hasil diskusi ditulis dalam tabel berikut:



Pengelolaan Pembelajaran


Kegiatan yang dilakukan siswa

Kerja secara individual/ perorangan


Membuat maket sekolah (model)

Kerja secara berpasangan




Simulasi dialog

Kerja Kelompok




Menuliskan pengalaman pribadi



· Peserta melaporkan hasilnya, kelompok lain menanggapi dan menambahkan keterangan yang belum lengkap.



Fasilitator meminta peserta untuk mengidentifikasi segi positif dan negatifnya belajar kelompok dan klasikal, kemudian memasukkannya ke dalam tabel sehingga mudah dilihat untuk dikomentari.



Belajar Kelompok:

Positif


Negatif










Belajar Klasikal:

Positif


Negatif










(2) Kerja Kelompok (20’)

· Dalam kelompok 5 orang, peserta:

Menuliskan sebanyak mungkin segi positif dan negatif belajar atau kerja kelompok





(3) Pleno: Pelaporan (20’)

Melaporkan hasil yang ditulis dalam transparansi, kelompok lain

menambahkan dan menanggapi yang tidak jelas. Fasilitator bersama-sama peserta menyimpulkan isi sesi tentang Belajar Kelompok.

Belajar Kelompok



Belajar kelompok mempunyai tujuan utama agar anak dapat bersosialisasi dan bekerjasama, terutama untuk kegiatan yang memerlukan pemecahan masalah bersama, seperti melakukan percobaan, berdiskusi, bermain peran, juga untuk mendorong agar anak pemalu dan penakut mau berbicara. Anak-anak ini akan merasa aman jika berbicara dalam kelompok kecil daripada secara klasikal. Melatih anak belajar kelompok, berarti juga menyiapkan anak untuk menjadi dewasa yang bisa bekerjasama dengan orang lain. Dalam kenyataan hidup yang membuat manusia sukses adalah kemampuannya menerapkan kecerdasan untuk bekerjasama dengan orang lain dalam mencapai tujuan bersama. Lebih-lebih dalam masyarakat modern, kemampuan bekerjasama semakin penting dan mutlak dibutuhkan (Schmuck,1985). Sebagai ilustrasi, terwujudnya sebuah gedung yang megah merupakan hasil kerjasama berbagai teknisi ahli.



Perlu diperhatikan bahwa tidak semua kegiatan pembelajaran cocok dilakukan dengan belajar kelompok. Jika topik/materi merupakan masalah yang harus dipecahkan bersama atau berupa lembar kerja yang harus dikerjakan melalui percobaan bersama, atau kegiatan bermain peran beberapa orang, ini memang memerlukan kegiatan atau belajar kelompok. Namun, jika materi hanya memerlukan dialog atau menulis percakapan dua orang, yang tepat adalah kerja pasangan, juga menulis karangan pengalaman pribadi yang cocok adalah kerja individual.



Ada beberapa cara pengelompokan yang dapat dilakukan guru, misalnya berdasarkan kemampuan, jenis kelamin, atau campuran. Setiap jenis pengelompokan tentu mengandung segi positif dan negatif, tergantung bagaimana guru melaksanakannya, termasuk mengetahui mengapa guru mengelompokkan berdasarkan kemampuan, dengan alasan misalnya agar mereka dapat berdiskusi secara efektif, berdasarkan jenis kelamin agar mereka dapat membahas topik dengan lebih terbuka dalam kelompok sejenis, dan sebagainya. Adapun yang penting diperhatikan oleh guru adalah bagiamana belajar kelompok dapat memaksimalkan hasil belajar semua anak dengan kemampuan dan minat yang beragam itu.



Selain itu, guru perlu mengetahui duduk berkelompok tidak sama dengan belajar kelompok. Duduk bisa dalam kelompok, tetapi setiap siswa mengerjakan tugas individual seperti mengerjakan latihan matematika atau mengarang. Namun, juga bisa anak-anak duduk dalam kelompok dan bekerja kelompok seperti melakukan percobaan IPA, berdiskusi untuk memecahkan masalah bersama. Sekali lagi tujuan belajar kelompok, selain meningkatkan sosialisasi, juga melatih siswa bekerjasama, mampu berinteraksi dengan teman lain, berdiskusi dengan tidak memaksakan kehendak/toleransi dan berargumentasi dengan akal sehat/masuk akal, atau secara umum mengembangkan kemampuan intelektual karena anak harus melakukan proses berpikir.



Jika hari ini anak mampu bekerjasama, esok dia akan mampu mengerjakan sesuatu secara mandiri. Kerjasama melalui belajar kelompok di mana anak saling berinteraksi dengan bertanya dan mengemukakan pendapat adalah fondasi sukses di kemudian hari. Berbicara (talk) adalah sentral untuk pengembangan sosial dan pertumbuhan intelektual (Vygotsky, 1962)



Belajar melalui berbicara sama dengan belajar bicara, anak aktif membangun pengetahuannya sendiri (Wells, 1987)



Kesimpulan umum:

Dengan anak terlatih berbicara, berdiskusi, berargumentasi, merencanakan sesuatu bersama dalam kegiatan belajar sehari-hari di sekolah, anak akan memiliki keterampilan siap pakai, misalnya untuk melakukan wawancara saat mencari kerja, kritis melihat dan memecahkan permasalahan sesuai situasi, lebih berani dan terampil memimpin rapat atau pertemuan, mampu menengahi perbedaan pendapat dengan memberikan argumentasi yang seimbang untuk kedua belah pihak, mampu menyerap dan menyaring informasi secara kritis, mampu membuat hipotesis, dan berbicara secara efektif.





Pembelajaran secara klasikal (kelompok besar)[1]



Keuntungan


Kerugian (mungkin)

- alat efisien untuk ceramah, film dan demonstrasi

- mengembangkan rasa aman dan “saya berada dalam kelompok”

- mempermudah untuk pengajaran konsep baru

- meningkatkan otoritas guru

- mengesankan hanya satu sumber belajar










- mengurangi tanggung-jawab individu

- mengesampingkan kebutuhan individu dan kebutuhan kelompok besar

- menghambat variasi pembelajaran

- menghambat partisipasi sosial

- meningkatkan masalah fisik (penglihatan, pendengaran)

- mengurangi keterlibatan dalam tugas/kegiatan



-



Pembelajaran secara kelompok kecil

Keuntungan


Kerugian (mungkin)

- mempermudah komunikasi

- meningkatkan interaksi

- mendorong keterlibatan

- mendorong untuk membantu orang lain dan menerima tanggung-jawab

- melatih kemampuan bernegosiasi

- mengembangkan kemampuan mengambil keputusan

- mengembangkan rasa perlu berbagi pendapat

- meningkatkan kerjasama

- memungkinkan variasi pembelajaran

- guru berkesempatan untuk mengamati, mendengarkan dan mendiagnosis siswa

-


- membuat siswa tidak bergairah

- membuang waktu jika kemampuan bekerja kelompok kurang

- membuang waktu jika mengenalkan konsep baru

- mengesampingkan kebutuhan anak pandai dan kurang dari kebutuhan kelompok

- mengesampingkan penguasaan materi dari ketrampilan kerja kelompok

- anak pandai mendominasi anak kurang



[1] Sumber: Kasim Lemlrch J (1990), Curriculum and Instructional Methods for Elementary and Midle School, New York Macmillan College Publishing Co.

08:01 Permalink | Comments (5) | Email this | Tags: pernak-pernik ptk
Comments

bisa minta tlong kirimi ptk pai tentang pembelajaran kelompok, ayahq kebingungan.....

Posted by: herza | 12/29/2009

kirimi dong

Posted by: syamsul | 03/08/2010

Minta tlg penjelasan ttg kooperatif TPS..thank.

Posted by: enda | 03/25/2010

kirimin PTK tentang kelompok belajar sie

Posted by: Yuning pujiyarti | 04/19/2010

What words... super, a remarkable phrase 884d0c

Posted by: Cheap Valium | 09/14/2010

No comments: