Tuesday, October 26, 2010

Daur Ulang Sampah Kota untuk Pupuk Alternatif

Rarah Ratih Adjie, Yudi Sastro, Syarifah Aminah, Bachtar Bakrie, Salundik, Muflihani Yanis, Suhut Simamora, Benny V. Lotulung, Jajat Sudrajat

Sampah organik kota apabila dikelola dengan baik, tidak hanya berpotensi mengurangi sumber polutan, namun juga akan meningkatkan nilai guna sampah. Diantaranya adalah sebagai pupuk organik yang mampu menggantikan sebagian besar kebutuhan pupuk kimia di DKI Jakarta. Kegiatan ini meliputi pengkajian teknologi pengomposan sampah kota dan formulasi pupuk berbahan baku kompos sampah kota. Peubah yang diamati meliputi temperatur, pH, imbangan C/N, KTK, N, P, K, daya hidup mikroba, dan pertumbuhan tanaman.

BPTP Jakarta bekerja sama dengan Fakultas Peternakan – IPB melakukan pengkajian daur ulang sampah kota serta pemanfaatannya sebagai pupuk alternatif. Pengkajian dilakukan sebanyak dua tahap, yaitu pengujian teknologi pengomposan dan percobaan formulasi pupuk.

Untuk pengomposan digunakan bahan sampah organik yang berasal dari Pasar Induk Kramat Jati dan limbah rumen dari Rumah Potong Hewan (RPH) Cakung. Teknologi pengomposan yang dicobakan merupakan modifikasi teknologi pengomposan yang telah banyak dikembangkan. Karakteristik pengomposan yang digunakan antara lain instalasi pengomposan, materi kompos, sistem aerasi, isolasi mikrobia, dan inokulan mikrobia.

Pada instalansi pengomposan ukuran disesuaikan dengan suplai materi kompos per hari. Lantai instalasi memiliki kemiringan + 50 dilengkapi dengan saluran pembuangan, bak penampungan lindi (lindi: air yang keluar pada saat proses pengomposan), serta pompa air untuk penyiraman materi kompos.

Sebelum pelaksanaan pengomposan, materi kompos (sampah pasar) dicacah dengan ukuran 3-5 cm, tujuannya untuk mempercepat laju degradasi. Sedangkan untuk materi kompos dari limbah rumen tidak dilakukan pencacahan.

Pengomposan dilakukan dengan menggunakan sistem Open Window Aeration yang telah dimodifikasi. Materi kompos yang berasal dari limbah rumen, sistem aerasinya dimodifikasi dengan menggunakan pipa-pipa dari bambu. Sedangkan materi kompos yang berasal dari sampah pasar induk, sistem aerasinya dimodifikasi dengan memasang bilah-bilah bambu berbentuk segitiga yang diletakkan pada dasar materi kompos.

Isolasi mikrobia dilakukan di Laboratorium Fakultas Peternakan IPB Bogor. Isolasi dilakukan melalui 3 (tiga) tahap, yaitu: 1) tahap pengkayaan; 2) tahap pengenceran; dan 3) tahap pemurnian. Metode yang digunakan adalah metode goresan cawan kuadran dan metode cawan gores. Isolasi dilanjutkan dengan karakterisasi mikrobia dengan metode pewarnaan Gram.

Untuk mempercepat proses pengomposan ditambahkan inokulum mikrobia (jamur dan bakteri) yang diisolasi dari materi kompos, sebagai pembanding digunakan inokulum mikrobia EM4.

Pada saat dilakukan pengkajian, secara fisik sampah pasar Induk Kramat Jati terdiri dari sampah sayur dan buah-buahan 70%, bumbu-bumbuan 20%, limbah pengemasan (daun pisang, bambu, ilalang) 7%, plastik 2%, dan sampah lain 1%. Sedangkan limbah rumen 99,5% adalah limbah organik yang telah mengalami penghancuran oleh pencernaan hewan dan 0,5% berupa plastik dan sisa tali. Karakteristik yang paling menonjol pada kedua jenis limbah ini adalah tingginya kandungan air bahan. Hal tersebut merupakan salah satu permasalahan dalam proses pengomposan.

Sistem aerasi dan drainase merupakan hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengomposan. Perlakuan inokulasi mikrobia pendegradasi tidak memberikan dampak yang nyata terhadap laju pengomposan. Formulasi pupuk kompos dalam bentuk granular yang diperkaya dengan batuan fosfat, zeolit, dan arang sekam mampu meningkatkan nilai hara pupuk serta meningkatkan daya tahan hiup (survivability) jamur pelarut fosfat yang disertakan. Kompos kota nyata meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman tomat sebesar 200% hingga 300% dibandingkan media tanah + NPK.

Perlakuan inokulasi tidak diperlukan dalam proses pengomposan limbah organik padat kota, namun faktor drainase dan aerasi memegang peranan penting dalam pengelolaan sistem pengomposan. Kombinasi pengaturan drainase dan aerasi yang baik akan mendorong aktifnya jasad aerob dalam proses degradasi pada sistem pengomposan. Sistem pengomposan demikian tidak akan mencemari lingkungan yang ada disekitarnya, sehingga pengolahan limbah organik kota dapat dilakukan pada daerah-daerah sumber sampah, diantaranya lingkungan tempat tinggal, pasar, atau unit pengelolaan yang menghasilkan limbah organik. Proses pengkayaan dan granulasi pupuk kompos kota dengan sumber hara lain sangat penting dilakukan, baik dalam rangka meningkatkan nilai hara, estetika maupun kemudahan dalam penyimpanan, transportasi, maupun aplikasi pupuk pada tingkat lapangan. Penyertaan inokulum mikrobia penyedia hara juga sangat penting dilakukan guna meningkatkan laju mineralisasi pupuk sehingga kemampuan formula pupuk kompos kota yang diperkaya akan lebih baik lagi.

No comments: